Muslimah Harus Amanah

Muslimah Harus Amanah. Mengapa? 

Rasulullah saw. bersabda, “Tiada iman pada orang yang tidak menunaikan amanah, dan tiada agama pada orang yang tidak menunaikan janji.” (Ahmad dan Ibnu Hibban)

Bagaimana seorang muslimah tidak amanah, padahal Allah telah menganugerahkan banyak nikmat yang sepatutnya dijaga dan dipelihara sebaik-baiknya.

Pertama.

Allah menitipkan tubuh yang sempurna pada kita, muslimah. Dengan segala aktivitas kecil di dalamnya. Di mana sel-sel hidup dan bermetabolisme setiap detiknya, menyusun dan merangkai energi untuk dapat menopang hidup kita, sepanjang waktu. Dengan dua tangan, dua kaki, dua mata, dan serentetan hal yang membuatnya lengkap tanpa cacat. Indah dipandang mata.

Maka sudah sewajarnya kita bersyukur dan menjaga amanah. Caranya?

Tutuplah auratmu sesuai dengan yang Allah bisikkan lewat bait-bait cinta dalam kalamNya, Al Qur’an. Karena keindahan dan kesempurnaan tubuh kita mahal harganya, tak semua mata dapat dengan bebas memandangnya.

“Katakanlah kepada wanita yang beriman :”Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka meukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”

Selain itu, tubuh kita punya hak lebih untuk dijaga. Asupan makanan yang sehat dan bergizi. Kebersihan diri dan lingkungan. Seringkali kita terlalu sibuk mengurusi amanah-amanah yang lainnya, hingga kita melupakan raga ini, yang lelah dan payah menopang jiwa ini ke sana-kemari, menunaikan satu demi satu kewajiban kita. Asupan makan sangat penting untuk keberlangsungan hidup kita. Otak butuh energi, otot juga, semuanya butuh makan. Di samping itu, kesehatan wanita sejak dini akan sangat berpengaruh bagi kehidupan seorang muslimah kelak. Misalnya, untuk kesehatan reproduksi, kesehatan organ seksual, kekuatan tubuh untuk hamil, menyusui, mengurus rumah tangga, dan aktif di masyarakat. Karena itu, selain menjaga aurat sesuai syari’at, muslimah juga harus menjaga asupan makanan serta kebersihan dirinya.

Rasulullah SAW bersabda ketika sahabat Abdullah bin Amr bin Ash berpuasa disiang dan malam hari, “Janganlah lakukan, karena sesungguhnya matamu memiliki hak yang harus engkau tunaikan, badanmu memiliki hak yang harus kau tunaikan, keluargamu memiliki hak yang harus kau tunaikan, maka puasa dan berbukalah, shalat dan tidurlah.” (HR. Muslim).

Maka masihkah kita ragu untuk menunaikan amanah berupa penjagaan tubuh kita?

Kedua. 

Allah telah memberikan akal dan hati yang tak kalah sempurnanya. Yang dengannya kita mampu berpikir dan merasa. Memiliki kecerdasan tiada tara, hingga dapat mengukir prestasi di mana-mana. Memiliki perasaan yang lembut dan menyejukkan, menjadi penenang bagi orang-orang di sekitarnya.

Tahukah kalian muslimah? Akal dan hati adalah nikmat luar biasa yang dilebihkan untuk manusia. Yang menjadi pembeda antara manusia dengan mahkluk Allah yang lainnya.

Maka amanah kita adalah menjaga keduanya. Akal dan hati.

Gunakanlah akalmu untuk menelaah kalam dan ciptaanNya. Isilah untuk hal-hal yang bermanfaat saja, yang akan mendekatkanmu padaNya. Ada beragam ilmu yang harus kau kejar, sebagai bekal untuk mengejar masa depan yang bersinar. Ilmu tersebut, tentunya terdiri atas ilmu keIslaman, ilmu umum dan wawasan kontemporer, serta ilmu-ilmu pelengkap lainnya. Itulah wujud menjaga amanah berupa akal.

Dan untuk hati? Tentu kita semua juga tahu, bahwa menjaga hati adalah menghindarkan hati dari noda-noda. Maka, jauhilah celah-celah maksiat yang ada di dekat kita. Jauhilah bisikan demi bisikan setan yang tak pernah lelah mengelabuhi manusia.

Menjaga hati dapat pula dengan mendekatkan diri pada apa-apa yang akan menambah kecintaanmu padaNya serta menjauhkan diri dari apa-apa yang akan mengurangi kecintaanmu padaNya. Banyak-banyak tilawah, banyak-banyak dzikir, serta berkumpul dengan orang-orang sholeh dan sholehah. Tentunya semua itu akan membuat hati kita lebih terjaga. Menjaga hati pun erat kaitannya dengan mata dan telinga. Sembari menjaga hatimu, jagalah pula mata dan telingamu, muslimah. Tetaplah khuznudzon atas skenarioNya!

Ketiga. 

Allah telah memikulkan banyak peranan bagi kita, muslimah.

Sebagai seorang anak. Kita mempunyai kewajiban untuk menjaga keridhoan ayah dan ibu kita. Mengapa? Karena ridho mereka akan membawa kita pada keridhoanNya. Maka sudah sepantasnya kita berbakti kepadanya, ta’at kepadanya, serta berusaha menunaikan hak-hak mereka. Ingatlah muslimah, betapa kuatnya ibu, yang puluhan tahun mampu, membesarkan dan mendidik kita dengan sekuat tenaga, hingga akhirnya kita dapat berdiri tegak. Ingatlah jua, do’a ayah yang selalu terselip dalam untaian nasehatnya. Cinta yang terukir dari bulir-bulir keringat yang mengalir dari darinya. Semua karena cinta. Cinta adalah amanah untuk dijaga. Berusahalah memberikan yang terbaik untuk mereka, muslimah!

Saat kita berjumpa dengannya, harus ada senyuman yang terlukis di wajahnya. Karena kebanggaan atas kita, anaknya.

Sebagai seorang saudara. Saudara untuk adik kita, di mana kita dituntut untuk memberikan contoh yang baik untuknya. Karena kita lahir lebih dulu, itu artinya ada lebih banyak ilmu dan amal yang kita punya. Dan tugas kita adalah berbagi serta menjadi pemandu bagi adik kita. Saudara untuk kakak, di mana kita pula dituntut untuk menjadi adik yang cerdas dan penurut. Mengingatkan ketika ada cela muncul di antaranya. Jangan takut, usia bukan penghalang untuk saling menasehati dalam kebaikan. Dan ada kalanya, kita harus mendengar, sapaan dan perkataan dari mereka. Dari sanalah, kita belajar dari seorang kakak, yang lebih dahulu menyelami asam garam kehidupan di dunia.

Juga sebagai saudara atas sesama muslim lainnya.

“Seorang mukmin terhadap mukmin (lainnya) bagaikan satu bangunan, satu sama lain saling menguatkan.” (Al-Bukhari dan Muslim). “Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam.” (Muslim)

Sebagai seorang istri. Kita muslimah, memiliki tuntutan besar. Untuk menta’ati suami, serta berbakti padanya. Menjadi penenang hatinya, menjaga hartanya, serta memenuhi segala kewajiban seorang istri kepada suaminya, serta menunaikan hak suami atas istrinya.

Sabda Rasulullah SAW, “Perempuan (istri) adalah pemimpin di rumah suaminya dan bakal ditanya tentang kepemimpinannya itu serta tentang harta suaminya.” (HR. Bukhari-Muslim)“Sebaik-baiknya perempuan (istri) ialah yang menyenangkanmu jika engkau memandangnya.” (HR. Tabrani)Rasulullah bersabda, “Sebaik-baiknya istri ialah jika memandangnya kamu akan terhibur. Jika kamu menyuruhnya, ia akan menurut patuh. Jika kamu memintanya melakukan sesuatu, ia memenuhinya dengan baik, dan jika kamu bepergian, ia menjaga dirinya dan harta bendamu.” (HR. Nasa’i)

Demikianlah Allah menyampaikan perintahnya pada kita. Untuk tetap setia menemani perjalanan suami dalam bingkai cerita pernikahan.

Sebagai seorang ibu. Tahukah engkau wahai muslimah, bahwa seorang ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Di mana seorang ibu akan menuntun anaknya sejak dalam kandungan hingga lahir menjadi seorang insan yang sholeh dan sholehah. Membesarkannya penuh kasih sayang dan cinta, menanamkan nilai-nilai yang sesuai dengan syari’atNya, memberikan bekal yang cukup tahap demi tahap hingga mampu melihat anaknya tumbuh dewasa, menggapai mimpi-mimpinya. Tugas seorang ibu untuk mencetak generasi masa depan yang akan menjadi bagian dalam kejayaan Islam.

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An Nisa: 9)

Sebagai anggota masyarakat. Manusia telah diciptakan Allah berada dalam suatu kaum. Suatu jamaah. Dan dalam kumpulan manusia. Dari sanalah, manusia belajar untuk berinteraksi dan berbagi satu sama lainnya. Belajar juga untuk memberikan manfaat.

“Siapa yang melakukan amal shalih, baik laki-laki atau perempuan sedang dia itu mukmin, maka Kami akan berikan kepadanya penghidupan yang baik serta Kami akan memberikan kepadanya balasan dengan balasan yang lebih baik dari apa yang telah mereka amalkan.” (QS. An Nahl: 97)

Maka muslimah, sebagai anggota masyarakat, kita wajib untuk memberikan konstribusi nyata di dalamnya. Dalam bentuk bersikap baik dengan tetangga, teman profesi, hingga ke tataran pemerintah. Muslimah harus berperan aktif dan tanggap terhadap isu-isu yang ada.

Keempat, terakhir.

Karena biar bagaimanapun, seorang muslimah tetaplah seorang hamba. Yang Allah ciptakan, tidak lain dan tidak bukan, hanya untuk beribadah kepadaNya. Hanya untuk ta’at kepadaNya.

“If its not for You, then for who?” (nm)

Maka di manapun dan kapanpun kita berada. Dalam kesendirian maupun keramaian. Dalam kebahagiaan maupun kesedihan. Dalam setiap masa dan keadaan.

Pahamilah.
Bahwa semua yang kita lakukan ini karenaNya, semua ini untukNya.

Karena segala aktivitas kita, akan tertuju padaNya, sebagai seorang hamba.

Jika semua ini bukan untuk Allah, lalu untuk siapa?

Ketika kau masih mempunyai jawabannya, maka tanyakan kembali pada diri kita.
Seberapa luas cinta untuk Allah di hati kita?

Seberapa berharganya cinta dan perhatian untuk yang lain, hingga kita tak mampu menerima dan menjalankan segala amanahNya?

“Man ‘arofa nafsahu, faqod ‘arofa Robbahu”

Allah telah menyampaikan bait-bait cerita tentang amanah-amanah kita sebagai seorang muslimah.

Atas semua alasan di atas, masihkah engkau ragu muslimah, mengapa kita harus AMANAH?

Ada begitu banyak tanggung jawab, kewajiban, dan hak yang harus kita tunaikan. Ada beragam cinta yang tak pernah meminta balasan, hanya keberanian untuk membuktikan.

Maka sampaikanlah cintamu padaNya, lewat amanah yang terjaga. Sampaikanlah syukurmu padaNya, melalui ikhtiar demi ikhtiar yang kau rajut untuk meraih ridhoNya.

Ini semua untukNya, muslimah.. Karena amanah tak pernah salah memilih, Karena amanah ini akan dipertanggungjawabkan kelak, di hadapanNya.. Maka tunaikanlah, sebaik-baiknya..  


Enninurmita Hazrudia

Wanita ibarat Tulang Rusuk?

Disebutkan dalam sebuah hadits, “Berbuat baiklah kepada wanita, karena wanita itu diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok, sedangkan tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas,” dst. Maksudnya ‘tulang rusuk yang paling bengkok adalah tulang rusuk yang paling atas’ bagaimana nih?

Hadist ini diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam. Dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa nabi shalallahu ‘alayhi wasallam bersabda,“Berbuat baiklah kepada wanita, karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Maka sikapilah para wanita dengan baik.” (HR al-Bukhari Kitab an-Nikah no 5186)

Ini adalah perintah untuk para suami, para ayah, saudara saudara laki laki dan lainnya untuk menghendaki kebaikan untuk kaum wanita, berbuat baik terhadap mereka , tidak mendzalimi mereka dan senantiasa memberikan ha-hak mereka serta mengarahkan mereka kepada kebaikan. Ini yang diwajibkan atas semua orang berdasarkan sabda Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam, “Berbuat baiklah kepada wanita.”

Hal ini jangan sampai terhalangi oleh perilaku mereka yang adakalanya bersikap buruk terhadap suaminya dan kerabatnya, baik berupa perkataan maupun perbuatan karena para wanita itu diciptakan dari tulang rusuk, sebagaimana dikatakan oleh Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam bahwa tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Sebagaimana diketahui, bahwa yang paling atas itu adalah yang setelah pangkal rusuk, itulah tulang rusuk yang paling bengkok, itu jelas. Maknanya, pasti dalam kenyataannya ada kebengkokkan dan kekurangan.

Karena itulah disebutkan dalam hadits lain dalam ash-Shahihain.“Aku tidak melihat orang orang yang kurang akal dan kurang agama yang lebih bisa menghilangkan akal laki laki yang teguh daripada salah seorang di antara kalian (para wanita).” (HR. Al Bukhari no 304 dan Muslim no. 80) Hadits Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam yang disebutkan dalam ash shahihain dari hadits Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu. Makna “kurang akal” dalam sabda Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam adalah bahwa persaksian dua wanita sebanding dengan persaksian seorang laki laki. Sedangkan makna “kurang agama” dalam sabda beliau adalah bahwa wanita itu kadang selama beberapa hari dan beberapa malam tidak shalat, yaitu ketika sedang haidh dan nifas. Kekurangan ini merupakan ketetapan Allah pada kaum wanita sehingga wanita tidak berdosa dalam hal ini.

Maka hendaknya wanita mengakui hal ini sesuai dengan petunjuk nabi shalallahu ‘alayhi wasallam walaupun ia berilmu dan bertaqwa, karena nabi shalallahu ‘alayhi wasallam tidak berbicara berdasarkan hawa nafsu, tapi berdasar wahyu yang Allah berikan kepadanya, lalu beliau sampaikan kepada ummatnya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,“Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. An-Najm:4)

Wah, jadi itulah alasannya mengapa wanita diibaratkan sebagai costae dalam Islam. Karena betapa mulianya sosokmu, saudariku.. Maka jagalah agamamu serta pergunakan akalmu dengan sebaik-baiknya.. 🙂

Sumber: muslimah.or.id

Seven Stars Moslem Doctor

Seven Star Doctor bukan suatu istilah yang asing di telinga para mahasiswa FKUI. Kualitas bintang tujuh merupakan karakter yang diharapkan akan terbentuk dalam diri lulusan dokter-dokter FKUI.

Tujuh karakter tersebut ialah care provider, community leader, decission maker, manager, communicator, researcher, iman dan takwa. Setiap proses panjang dan perjalanan yang akan dilalui selama menempuh pendidikan di FKUI perlahan akan mengasah kemampuan kita dalam mencapai kualitas ‘Seven Star Doctor’. Tentunya hal ini tak mudah. Akan tetapi, ada banyak sarana dan kegiatan di kampus yang dapat menjadi jalan bagi kita -mahasiswa FKUI- untuk dapat mengaktualisasikan diri hingga kelak kita siap menjadi seorang dokter yang sejati. Salah satunya, melalui Pengenalan Sistem Akademik Fakultas (PSAF) dan masa bimbingan di FKUI.

Seven Star Doctor sebenarnya merupakan bagian yang telah ditetapkan oleh WHO, yang dikenal dengan Five Star Doctor. Karena dirasa kurang, ada dua poin penting yang kemudian ditambahkan oleh jajaran dekanat FKUI, hingga terlahirlah Seven Star Doctor. Dua poin penting tersebut ialah ‘researcher’ serta ‘iman dan takwa’.

Seorang dokter diharapkan mampu menjadi dokter yang peduli, hingga setiap hal yang dilakukan dan keputusan yang diambil benar-benar bertujuan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pasien. Selain itu, dokter juga diharapkan mampu menjadi ujung tombak pembangun peradaban di komunitas masyarakat, di mana karakter pemimpin sangat dibutuhkan. Setelah lulus dari program pendidikan S1 kedokteran, kita akan terjun ke masyarakat yang perlu dibina dan disejahterakan dalam bidang kesehatan. Akan ada banyak titik ketika kita harus mengambil berbagai keputusan, mengarahkan masyakarat, yang mungkin tak hanya terkait bidang kesehatan, tetapi hampir di semua aspek kemasyarakatan. Inilah mengapa peran dokter menjadi penting. Diperlukan kemampuan komunikasi yang baik hingga akhirnya kita mampu menjadi ‘agent of change’ yang akan membangun Indonesia masa depan.

Sebagai seorang dokter muslim, kita memerlukan modal utama dalam setiap aktivitas kita, yakni ‘iman dan takwa’. Karakter ini tak boleh lepas dan wajib menjadi target utama bagi kita, sebagai mahasiswa muslim. Dengan iman yang kuat, serta atas dasar takwa kita kepada Allah, segala hal yang nantinya akan kita lalui akan menjadi berkah dan bernilai lebih mulia. Sepanjang hidupnya, dokter akan menjadi seorang pembelajar sejati -long life learner-, sehingga akan lebih baik jika segala sesuatu dilandaskan atas dasar keimanan dan ketakwaan kepada Penciptanya.

Untuk memfasilitasi karakter ‘iman dan takwa’ ini, FKUI memiliki sebuah lembaga dakwah fakultas, yang bernama Forum Studi Islam (FSI). FSI merupakan badan rohani Islam yang secara resmi berada di bawah Badan Eksekutif Mahasiswa Ikatan Keluarga Mahasiswa FKUI (BEM IKM FKUI). FSI menjadi wadah bagi semua mahasiswa muslim untuk senantiasa menjaga serta semakin memperkokoh keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt. Sehingga nantinya, kita semua akan menjadi dokter-dokter muslim yang profesional serta bermanfaat bagi semua.

I’m proud to be a moslem doctor, don’t you? 

Enninurmita

Tentang Bersyukur : Sudahkah Kita Bersyukur?

Alhamdulillah. Itu kata orang yang khas soal syukur. Apa iya syukur kita terbatas tiga belas huruf yang bisa terlantun dalam lima suku kata itu?
Yang namanya syukur identik dengan nikmat. Kalau kita dapat rezeki, bersyukur. Dianugerahkan badan yang sehat, kita bersyukur. Punya wajah kece, otak oke, baju perlente juga kita bersyukur. Begitu banyak nikmat yang dicurahkan Allah buat manusia. Lantas bagaimana kita menyikapinya? Ya dengan bersyukur.

Secara bahasa, syukur punya arti terima kasih. Ada terima, ada kasih. Meski kadang nikmat itu kadarnya tidak melebihi ekspektasi kita, dua unsur penting dari syukur ini baiknya selalu kita jadikan pegangan dalam menyikapi berbagai nikmat.

Terima, maksudnya kita merasa cukup dengan apa yang telah kita dapatkan. Sedangkan kasih memiliki makna memberi, berbuat, atau secara umum mengejawantahkan nikmat dalam bentuk tindakan. Inilah yang menjadi aplikasi syukur dalam kehidupan kita. Di mana kita harus mampu menerima segala nikmat yang telah Allah berikan dengan penuh keikhlasan, lalu menumpahkan rasa syukur kita dalam amal kebaikan. Seperti itulah Islam mengajarkan kita, bahwa bentuk syukur ada tiga, melalui hati, lisan, dan perbuatan.

Lalu, bagaimanakah cara kita bersyukur kepada Allah?

“Karena itu, ingatlah kamu kepadaKu niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepadaKu dan janganlah kamu mengingkari nikmatKu.” (QS. Al-Baqarah : 152)

Ada banyak hal yang patut kita syukuri. Mulai dari nafas yang tiap detik berhembus, nadi yang tiap waktu berdetak, yang jika sesaat saja berhenti, seluruh proses biokimiawi tubuh pun akan berhenti, akhirnya mati. Nikmatnya sehat dan waktu luang yang seringkali kita lupakan, padahal dua nikmat tersebut merupakan celah terpenting yang dapat mengarahkan kita pada kebiasaan bersyukur. Ditambah lagi dengan jutaan nikmat lainnya yang tak mampu kita menghitungnya.

Masihkah ragu untuk bersyukur?

“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat dholim dan sangat mengingkari nikmat Allah.” (QS. Ibrahim: 34)
Seorang muslim memiliki dua karakteristik khas, sabar dan syukur. Dua sifat inilah yang harus mendarah daging dalam keseharian kita. Syukur akan menghindarkan kita dari keluh kesah yang berkepanjangan. Dengan hati yang senantiasa bersyukur, setiap langkah yang kita ambil akan membawa pada sebuah keyakinan besar. Bahwa nikmat Allah tak pernah putus, selalu mengalir bagi hambaNya yang bersyukur. Bahwa rencana Allah tak pernah meleset, senantiasa memberikan makna mendalam akan sebuah peristiwa. Terkadang Allah tak memberi apa yang kita inginkan karena Dia lebih tahu apa yang kita butuhkan.

Sekali lagi, masihkah kita ragu untuk bersyukur?

“Jika engkau bersyukur, maka akan kutambahkan (nikmat-Ku), dan jika engkau kufur (ingkar) sesungguhnya siksa-Ku amat pedih.”(Ibrahim: 7)
Syukur adalah wujud cinta, semakin kita bersyukur, semakin bertambah pula kecintaan kita pada Sang Pencipta. Syukur akan melahirkan keoptimisan dan keyakinan besar untuk terus menatap ke depan, serta memanfaatkan setiap momen yang ada untuk tetap berikhtiar menuju akhir perjalanan yang terbaik. Langkahkan kakimu dengan penuh optimis, iringi dengan hati yang terus bersyukur. 

Tentang Cinta Sahabat

Lihatlah Mush’ab bin Umair melepaskan kenikmatan yang diberikan kedua orangtuanya di Makkah demi cintanya kepada Islam. Ia telah rela dan berlapang dada menyambut kesulitan demi kesulitan di medan dakwah bersama Rasulullah saw. Tatkala datang dengan pakaian yang penuh tambalan, Rasulullah memandanginya dengan menitikkan air mata dan berkata,

“Lihatlah orang ini. Hatinya telah disinarkan oleh Allah. Saya telah melihat bahwa ia dipenuhi oleh kedua orangtuanya dengan sebaik-baik makanan dan minuman, saya telah menyaksikan ia memakai baju yang harganya dua ratus dirham. Namun cinta Allah dan rasul-Nya telah membuatnya seperti yang kau lihat.”
Ketika gugur di medan jihad, Mush’ab bin Umair hanya memiliki satu pakaian, yang jika ditutupkan ke kepalanya maka kakinya terbuka dan jika ditutupkan ke kakinya, maka kepalanya terbuka.
Seorang yang mencinta rela berpisah dengan semuanya untuk bersua dengan kekasih hatinya. Dia merelakan dirinya berdekatan dengan kekasihnya, betapapun perjalanan yang akan ditempuhnya.

Sumber : Takariawan C, Ahmadi W, Sunono A. Iman dan Mahabbatullah.Solo : Era Intermedia.2003.
Bagaimana dengan bukti cinta kita?

Update FSI Mei 2012

Assalamualaikum 🙂

Di bulan Mei ini, FKUI baru mulai modul baru setelah libur seminggu. Begitu masuk, banyak kegiatan yang super seru sudah menunggu buat Muslim FKUI, terutama buat pada Pengurus dan Angtif (semacam calon pengurus) FSI. Apa saja tuh?

1. BERISIK (Belajar Jurnalistik). Senin, 14 Mei @ Ruang Serbaguna.

Workshop dan Pengembangan wawasan mengenai dunia Jurnalistik, khusus buat pengurus dan Angtif FSI 😉

 

2. INSIS (Inspirasi Islam Sore). Selasa, 15 Mei @ Al-Ashr

Seperti biasa, ta’lim rutin mingguan buat seluruh civitas FKUI

 

3. Diklat Angtif FSI. Rabu – Jum’at, 16-18 Mei @ Puncak

Whew, ini adalah acara puncak dari rangkaian kaderisasi angtif FSI yang tentunya paling ditunggu baik oleh Angtif maupun Pengurusnya juga 😀

 

4. Pelatihan Sirkumsisi Pengurus. Senin, 21 Mei

Ini adalah pengwas yang diadakan oleh Angtif buat pengurus FSI tentang sirkumsisi

 

5. SEMUSWIL (Seminar Kemuslimahan Wilayah 2012). Ahad, 27 Mei @ RK Parasitologi

Ini dia acara yang paling ditunggu-tunggu, SEMUSWIL tingkat nasional FULDFK olek FSI FKUI. Acaranya insya Allah bermanfaat banget, ada seminar mengenai peran muslimah, mengapa wanita harus shalehah dan cerdas, nasyid, dan Hijab Classs, semuanya oleh ahlinya di bidang masing-masing ^^ more info: here

 

Waah ternyata banyak sekali ya kegiatan di bulan Mei ini. Marilah kita semua menjalaninya dengan semangat, insya Allah semuanya bermanfaat buat dunia maupun akhirat.

Allahu Akbar!

J-CO day

 

J- CO day

Ayo kawan, yang akhwat pakai jilbab dan ikhwan pakai koko di hari Jumat

Bakti Sosial

Program kerja FSI BEM IKM FKUI yang lain, bakti sosial adalah program kerja yang bertujuan untuk memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat.

Metode pelaksanaannya dilakukan melalui:

  • pengobatan massal
  • sirkumsisi
  • penyuluhan

Bakti sosial ini dilaksanakan pada bulan November  2012

Buletin An-Naba

Satu lagi program kerja dari FSI BEM IKM FKUI, yaitu buletin An-Naba. proker ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang dunia Islam dan kegiatan dari FSI. Buletin An-Naba ini ditujukan kepada civitas FKUI.

Metode yang dilakukan dalam proker ini adalah dengan penerbitan buletin An-Naba ini yang nanti akan diedarkan ke civitas FKUI. Penerbitan  dilakukan sekali dalan 2 bulan.

Inspirasi Islam Sore (Insis)

Inspirasi Islam Sore merupakan salah satu program unggulan dari FSI BEM IKM FKUI yang bertujuan untuk mensyiarkan Islam kepada sivitas FKUI.

Metode dalam pelaksanaan Insis antara lain:

  • ceramah
  • diskudi
  • sharing

Acara ini dilaksanakan setiap hari selasa sore